Sukabumi Transmetro.id – Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi, Asri Mulyawati, mengulas kembali pasca terjadinya bencana alam yang menimpa wilayah Kampung Cilimus, RT 30/05, Desa Nagerang, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, pada 4 Desember 2025 lalu.
Ia merasa prihatin, para penyitas masih belum mendapatkan solusi konkret terkait penyediaan Hunian Sementara (Huntara) maupun Hunian Tetap (Huntap).
Lanjutan dari tanggapan, Asri mengatakan, keprihatinannya mengenai belum adanya langkah nyata penanganan untuk para warga terdampak.
Politikus dari Fraksi Partai Golongan Karya (Golkar), sekaligus Legislator yang juga berdomisili di Jampangtengah itu menyampaikan, terhitung hampir sudah dari setengah tahun sejak kejadian, sampai saat ini belum terlihat adanya pembangunan Huntara ataupun Hutap.
“Sudah lebih dari setengah tahun sejak kejadian, namun sampai hari ini kami belum melihat adanya realisasi pembangunan Huntara ataupun Huntap bagi para korban. Ini menjadi keprihatinan bersama,” ujar Asri. dikutip Sukabumiupdate, Rabu (09-07-2025).
Asri menekankan bahwa penanganan bencana seperti ini memerlukan intervensi lintas sektor secara struktural dan juga jalinan komunikasi yang kuat antar berbagai elemen, baik pemerintah, lembaga non-pemerintah, maupun masyarakat.
“Tentu kami tidak ingin menyalahkan pihak manapun. Namun, perlu ada konsolidasi dan koordinasi yang lebih intens untuk mendorong percepatan penanganan di lokasi Desa Nangerang,” tambahnya.
Asri juga menyinggung contoh keberhasilan pembangunan Huntap di wilayah lain sebagai rujukan, seperti di Kampung Pasir Angin – Ciagung, Desa Jampangtengah, yang berhasil direalisasikan setelah melalui proses panjang.
“Hal itu menunjukkan bahwa jika semua pihak berkomitmen dan berkoordinasi dengan baik, penyintas bisa mendapatkan haknya. Ke depan, kami akan berupaya mengonsolidasikan dan kordinasikan kembali permasalahan ini dengan pihak-pihak terkait agar ada kejelasan bagi warga terdampak,” pungkasnya.
Sementara itu, masyarakat penyintas tanah bergerak di Kampung Cilimus berharap adanya langkah konkret dari pemerintah daerah maupun pusat agar mereka dapat kembali hidup dengan layak setelah sekian lama tinggal dalam ketidakpastian.
Diketahui, pada 4 Desember 2024, pergerakan tanah menerjang wilayah kampung Cilimus menjadi titik paling terdampak dan rawan bencana di antara lokasi lain di Kecamatan Jampangtengah. Rumah hancur, jembatan putus, hingga bangunan SDN Cilimus runtuh. Tetapi hingga kini, belum satu pun program relokasi nyata yang dijalankan pemerintah.
Ruhendi (46 tahun), salah satu penyintas, harus menerima kenyataan pahit. Rumahnya hancur tertimbun tanah. Kini ia tinggal menumpang di rumah saudaranya bersama istri dan dua anak laki-lakinya yang berusia 7 dan 18 tahun.
Post Views: 192