Ilustrasi, pembangunan terowongan bawah laut di Banten yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. ((pexels.com/Pixabay))
Nasional, transmetro.id, Jum’at, 07 Juli 2023, sumber : JatimNetwork.com -Kamis, 6 Juli 2023 | 06:56 WIB,
NASIONAL– Kabar tentang pembangunan terowongan bawah laut di Banten ini bisa membuat semua orang heboh.
Pembangunan terowongan bawah laut di Banten ini sebenarnya diinisiasi sejak lama.
Salah satu alasannya adalah untuk mempermudah mobilitas penduduk yang ingin ke Pulau Sumatera.
Selama ini, perjalanan menuju Pulau Sumatera memerlukan waktu yang cukup lama.
Kendaraan darat baik publik maupun pribadi harus naik kapal ferry untuk menyebrangi Selat Sunda.
Setiap kendaraan harus berhenti di Pelabuhan Merak, Banten untuk menuju Pelabuhan Bakauheni di Lampung.
Jarak antar pelabuhan besar itu sepanjang 36 km, sehingga dibutuhkan waktu hingga 2 jam untuk menyebrang.
Belum lagi apabila kondisi cuaca sedang kurang baik, waktu tempuhnya bisa lebih lama lagi.
Selain memerlukan waktu tempuh yang lama karena jaraknya cukup jauh, Pelabuhan Merak Banten juga menjadi titik kemacetan saat mudik tiba.
Banyak orang dari Pulau Sumatera yang merantau ke Pulau Jawa dan ingin mudik saat mendekati lebaran.
Sudah dipastikan, bahwa ribuan orang akan memadati Pelabuhan Merak, Banten setiap tahunnya.
Maka dari itu, muncul usulan agar Pulau Jawa dan Pulau Sumatera disambungkan dengan jembatan.
Dilansir JatimNetwork.com dari laman itb.ac.id, usulan ini berasal dari Guru Besar ITB Prof. Sedyatmo pada 1965.
Usulan tersebut tergabung dalam sebuah proyek prestisius yang bernama Tri Nusa Bimasakti.
Saat itu usulan tersebut diserahkan kepada Ir. Soekarno yang masih menjabat sebagai presiden.
Kemudian Ir. Soekarno justru memerintahkan ITB untuk mengkaji kemungkinan dibangunnya terowongan bawah laut di Selat Sunda.
Kajian mendalam itu baru selesai pada 1989 di masa pemerintahan Soeharto sebagai presiden RI.
Presiden Soeharto memerintahkan B.J. Habibie yang menjabat sebagai Menristek untuk mengerjakan proyek ambisius tersebut.
Sayangnya pada 1990, kajian yang dilakukan Prof. Wiratman Wangsadinata dan Dr.Ir. Jodi Firmansyah menyimpulkan bahwa pembangunan terowongan akan sulit terealisasi.
Menurut kajian akademis mereka, pembangunan jembatan jauh lebih masuk akal untuk menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Proyek ambisius ini kemudian tidak pernah terdengar lagi kapan akan direalisasikan.
Saat pemerintahan dipimpin Presiden Jokowi, pembangunan jembatan Selat Sunda di Banten ini kembali digaungkan.
Proyek ini disebut-sebut akan menjadi bagian dari Asian Highway Network.
Pembangunan jembatan sepanjang 31 km ini membutuhkan dana Rp100 triliun sampai selesai.
Sayangnya ide untuk ke Sumatera tanpa naik kapal ferry itu masih sebatas angan-angan semata.
Pasalnya, sampai saat ini belum ada tanda-tanda pembangunannya akan segera dilaksanakan.
Itulah usulan pembangunan terowongan bawah laut di Banten yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.***
Red/Frans Hp