Foto milik radarmukomuko.disway.id
Gubuk Cinta Bagi Gadis Suku Kreung, Bebas Berhubungan dengan Banyak Lelaki
Tradisi,transmetro.id, Sabtu, 30 Juni 2023 sumber:radarmukomuko.disway.id
TRANSMETRO.ID – Menjaga kesucian bagi seorang wanita adalah keharusan, walau pada prakteknya banyak diantaranya gagal menjaga kesuciannya.
Yang pasti hubungan sek sebelum menikah atau dengan bukan pasangan sah, termasuk tabu dan dilarang agama, oleh aturan adat bahkan oleh aturan pemerintah.
Orang yang melakukan hubungan sek dengan bukan pasangan sah, tak jarang dikucilkan bahkan disanksi adat.
Namun, beda halnya apa yang dilakukan oleh penduduk suku Kreung. Suku ini sangat liberal dan terbuka terhadap percintaan dan seksualitas. Mereka memiliki ritual yang sangat unik perihal jodoh.
Dimana masyarakatnya justru mempraktekkan kehidupan seks secara bebas pada anak gadis.
Yang nyelenehnya lagi, para orang tua dengan sengaja membangun Gubuk Cinta untuk anak gadisnya yang bermalam dengan seorang pria berbeda setiap malamnya.
Hingga sekarang praktik ini masih berlangsung, karena suku ini percaya bahwa tradisi inilah yang terbaik untuk anak gadis menemukan cinta sejatinya.
Suku ini merupakan etnis minoritas yang mendiami 27 desa di distrik Ratnakiri, bagian Timur Kamboja.
Praktik ini dipercayai akan membentuk pernikahan yang tahan lama dan penuh kasih, para gadis suku Kreung percaya dengan kekuatan seksualnya dan tahu betul bagaimana menangani laki-laki.
Meskipun begitu bukan berarti suku Kreung tidak menghormati dan menghargai wanita justru dengan cara demikian suku ini menghargai emansipasi wanita.
Dimana para wanita memiliki hak sepenuhnya untuk memilih siapa yang akan menjadi jodohnya kelak, dengan adanya tradisi ini angka perceraian jarang sekali terdengar di suku Kreung
Menyangkut dengan ancaman hamil di luar nikah, suku kreung tidak takut sama sekali. Pada dasarnya tidak semua laki-laki yang datang ke gubuk cintanya akan dilayani untuk kegiatan seksual.
Jika lelaki tersebut tidak disukainya, maka jarang terjadi hubungan intim, walau mereka dalam gubuk cinta yang disediakan.
Dilansir dari kumparan.com keputusan hubungan dan apa yang akan mereka lakukan saat kencan ditentukan oleh perempuan. Apakah hanya sekadar bercengkrama atau berhubungan seksual.
Karena wilayah kekuasaan ‘pondok cinta’ milik sang gadis, mereka diizinkan mengundang siapa pun untuk datang ke gubuk yang mereka tinggali.
Bahkan, para perempuan itu boleh memiliki lebih dari satu kekasih saja, selama masa periode seleksi mencari pasangan hidup.
Sebagai tamu, para pria tidak diperbolehkan agresif. Sebab, para pria Kreung telah diajarkan untuk memperlakukan para wanita dengan sopan dan terhormat. Jika mereka melanggar aturan ini, maka akan ada sanksi adat yang harus diterima.
Bagi Suku Kreung, kata ‘perawan’ atau ‘pelacur’ bukan menjadi hal yang dianggap penting
Karena dalam masyarakat Kreung, keperawanan perempuan bukan suatu hal yang penting. Yang terpenting adalah menemukan orang tepat untuk dijadikan teman hidup hingga membentuk keluarga.
Meski cara tradisional ini dianggap bertentangan dengan adat timur yang dilakukan masyarakat Indonesia, ada hal positif dari cara ini. Kabarnya, dalam Suku Kreung tidak pernah terjadi kekerasan seksual, seperti pemerkosaan ataupun perceraian.
Red/Frans Hp.